the GazettE

the GazettE
INSIDE BEAST

Minggu, 06 Januari 2013

Cahaya yang Menjadi Kenyataan



Di sebuah rumah yang letaknya  jauh dari perlintasan kereta api, terlihat dua orang anak muda yang sedang memikirkan suatu hal yang akan mereka lakukan, kedua pemuda itu bernama Fajar dan Wira. Karena mereka merasa kehidupan mereka selama ini berjalan datar dan biasa-biasa saja. Untuk itulah mereka berniat untuk melakukan suatu hal yang tidak biasa, dari yang pernah mereka lakukan sebelumnya.
Hey, Jar? tanya Wira.
Kenapa? jawab Fajar.
Apa yang harus kita lakukan? Gue nggak ada ide nih.
Emm.. apa ya? Oh  iya, gimana kalo kita berdua bikin sebuah band?” ujar Fajar
Wah, boleh juga tuh ide lo! Tapi band yang kaya gimana ya?
Wira pun mulai bingung dengan band apa yang akan di bentuk mereka.
Ya ampun gitu aja pusing, pertama kita tentukan dulu alirannya.”
Apaan alirannya?
Band yang alirannya musik Jepang aja, kita berdua kan suka banget tuh sama band Jepang seperti L’Arc~en~Ciel dan the GazettE. Kita buat aja band kaya gitu. Gimana kalau namanya HIKARI yang dalam bahasa Jepang berarti cahaya. jawab Fajar.
Oke deh!” sahut Wira.
***
Kedua anak muda itu pun sepakat untuk membentuk sebuah band, dan mulai merintis band tersebut dari awal. Sampai mulai mencari anggota lainnya yang menurut mereka orang yang tepat untuk mengisi posisi-posisi dalam band. Di lain pihak, seorang teman Wira, Rahman mendengar kabar itu. Dan Ia pun sangat tertarik untuk ikut dan mengisi posisi yang ada dalam band bentukan mereka itu. Sepengetahuan Wira pun, Rahman adalah orang yang cukup piawai dalam memainkan sebuah instrumen. Instrumen itu adalah gitar dan bass. Lalu Wira pun menyarankan Rahman kepada Fajar untuk bergabung dalam band mereka. Lalu Wira pun mengajak Rahman ke rumah Fajar yang letaknya lumayan jauh dari sebuah stasiun kereta api.
Jadi lo tertarik untuk gabung di band ini? Tanya Wira.
Ia! jawab Rahman dengan penuh semangat.
Oke kalau gitu, kita ke rumah Fajar untuk bicarakan soal ini.” ajak Wira.
Oke sob!” Jawab Rahman.
Setelah mereka sedikit lagi sampai di dekat rumah Fajar, terlihat Fajar sedang duduk di teras depan rumahnya. Dari jarak yang tidak jauh pun kedatangan mereka berdua sudah terlihat oleh Fajar. Dan tampak dengan wajah penasaran, Fajar pun segera bangun dari tempat duduknya dan mulai menghampiri mereka.
Oh kalian, ada apa datang ke rumah gue? tanya Fajar kepada Wira.
Ini Jar, si Rahman tertarik dengan band yang akan kita buat.” jawab Wira.
Oh gitu, jadi lo tertarik bro? tanya Fajar kepada Rahman.
Ia Jar gue berminat menjadi member dari band lo.” jawab Rahman.
Oke, instrumen apa yang bisa lo mainkan? tanya Fajar.
Gitar,bass juga bisa! jawab Rahman dengan percaya diri.
Oh, gimana kalau lo mengisi posisi gitar? usul Fajar.
Oke, boleh juga! semangat Wira menjawab usul Fajar.
***
Untuk sekarang band mereka sudah mempunyai tiga member, Fajar diposisi drum dan leader, Wira sebagai gitar melodi dan Rahman sebagai gitar rythm. Tapi dua hal yang masih menjadi kandala pada band mereka, yakni belum terisinya posisi bass dan yang tak kalah pentingnya yaitu posisi vokalis pada band. Vokalis memang posisi yang menentukan untuk sebuah band untuk dapat menjadi penentu dari karakter band itu sendiri. Fajar sebagai leader pun mulai melakukan kegiatan pengrekrutan untuk posisi vokalis dan sekaligus melakukan promosi gencar untuk mendapatkan karakter seorang vokalis yang Ia harapkan.
Dari mulai mendatangi hampir semua acara band, hingga penyebaran sejumlah famflet di sekitar tempat tinggal dan sekitar sekolahnya. Sampai ketika Ia sedang memutar lagu L’Arc~en~Ciel band Jepang yang paling digemarinya saat Ia melihat pertandingan Basket antara kelas X melawan kelas XII dalam suatu kegiatan olahraga gabungan yang dilakukan dengan maksud untuk mempererat silaturahmi antar kelas. Tiba-tiba ada seorang kakak kelas yang menyadari dan mengetahui lagu yang sedang diputar oleh Fajar.
Hah? Itu lagu MY HEART DRAWS A DREAM ?” ujar kakak kelas itu dengan wajah agak kaget.
Oh, kakak tahu lagu ini? tanya Fajar dengan sangat penasaran.
Tahulah, ini lagu band kesukaan gue.” jawab kakak kelas itu.
Emm, kakak suka lagu Jepang juga ya? tanya Fajar sambil tersenyum.
Ia, lo juga ya? tanya balik kakak kelas itu.
Pasti lah.” jawab Fajar.
Tiba-tiba Fajar teringat dengan bandnya yang masih memiliki kekosongan pada posisi vokalis, Ia berniat untuk mengajak kakak kelas itu untuk ikut bergabung dalam band yang sedang dibentuknya. Ia pun memberanikan diri untuk mengajak sang kakak kelas itu.
Kakak, punya  band?” tanya Fajar dengan gugup.
“Nggak sih, gue suka musik cuma sekedar penikmat aja dan belum kepikiran buat bikin band. jawab kakak kelas itu.
Oh, gimana kalau kakak jadi member  band saya aja? ajak Fajar.
Emh.. tawaran yang cukup menarik.” jawab kakak kelas itu.
Jadi kakak mau? Tanya Fajar dengan senang.
Ia, tapi kita membawakan musik Jepang kan? tanya ia.
Tentu kak, kan kita punya hobi yang sama. jawab Fajar.
Ngomong-ngomong dari tadi kita udah panjang lebar nih ngobrol, tapi belom tahu nama masing-masing. Kenalin nama gue, Pandu. ujar dia sambil mangulurkan tangan.
Benar juga, hehe! nama gue Fajar.
Oh iya, kakak bisa main instrumen apa? Tanya Fajar.
Emm, gitar! Tapi gue nggak jago banget sih! jawab Pandu.
Gimana kalo lo jadi vokalis aja?“ tanya Fajar.
Wah, boleh juga tuh!” sahut Pandu.
Mereka berdua pun sepakat. Dan sesekali melakukan jam session untuk mengetahui kemampuan masing-masing dan sekaligus bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mereka. Pada sesi jam session, Pandu berkenalan dengan dua member lainnya yaitu Wira dan Rahman. Keempatnya pun sangat cepat akrab dan saling mengagumi kemampuan masing-masing. Selepas latihan, mereka berempat berencana untuk ikut serta dalam acara Gelar Jepang UI yang di adakan setiap tahunnya di Pusat Studi Jepang. Acara Jepang yang satu ini memang cukup bergengsi di kalangan pecinta dan komunitas Jepang di Jakarta dan sekitarnya. Disaat mereka sedang asyik melakukan kegiatan breaving Fajar teringat akan suatu hal.
Oh iya! ujar Fajar sambil kaget.
Kenapa Jar? tanya mereka bertiga.
Band kita belum ada seseorang yang mengisi posisi bass! ujar Fajar.
Bener juga ya!”  Wira setuju dengan apa yang di katakan Fajar.
Terus gimana nih? Tanya Pandu dan Rahman dengan berbarengan.
Gimana kalau nanti gue coba ajak tetangga gue yang lumayan jago main bass. Usul Wira!
Boleh juga tuh Wir! sahut Fajar.
***
Setelah latihan selesai, mereka berempat pun pulang ke rumah masing-masing. Tapi lain halnya dengan Wira. Setelah latihan usai, Ia pun bergegas untuk menemui temannya itu yang bertempat tinggal tak jauh dari tempat mereka biasa malakukan latihan. Sesampainya Ia disana, ternyata temannya itu sedang berada di ruang depan rumahnya tersebut. Lalu dengan segera Wira pun menghampiri temannya itu.
Hey Barez!Wira memanggil.
Oh, lo Wir! Ada apa nih, tumben lo kesini? tanya Barez.
Ini gue kesini ada hal yang mau di omongin sama lo. perjelas Wira.
Emang ada apaan sih? Kayaknya serius banget?” tanya Barez dengan rasa penasaran.
Gue mau ngajak lo main di band gue.” Ujar Wira.
Oh, main band?” sahut Barez.
Tapi di band ini lo langsung jadi member tetap lho! ujar Wira.
Oh begitu! ujar Barez.
Gimana lo mau gak? tanya Wira dengan pasti.
Oke deh! sahut Barez.
Bagus deh, tapi lo masih bisa main bass kan? Tanya Wira.
Bisa kok, tenang aja! jawab barez dengan percaya diri.
***
Keesokan harinya mereka bertiga, yakni Pandu, Wira dan Rahman di perkenalkan dengan Barez oleh Wira. Setelah melakukan latihan bersama, Fajar sebagai leader, melihat sebuah potensi yang ada dalam diri Barez dan juga semua member bandnya. Ia sangat yakin bahwa bandnya tersebut dapat berkembang layaknya sebuah band yang sudah sangat profesional. Di tengah-tengah latihan, Fajar sebagai leader mulai menentukan kembali rencana yang semula sudah mereka targetkan yaitu untuk ikut serta dalam acara Gelar Jepang UI yang akan di adakan pada bulan juli tahun ini. Dengan bermodalkan kemampuan masing-masing mereka mulai mencari dan menentukan lagu mana yang akan di pakai untuk proses audisi yang akan di laksanakan oleh pihak panitia.
Jadi lagu apa yang akan kita gunakan? tanya Pandu.
Gimana kalau kita pakai lagu dari Alice Nine Ruri no Ame ? usul Rahman.
Jangan, lagu itu terlalu banyak menggunakan efek. jawab Fajar.
Terus lagu apa dong? tanya Wira.
Gimana kalau kita pakai lagu dari the GazettE Chizuru. Usul Barez.
Sepertinya lagu itu bagus. ujar Pandu.
Oke, berarti kita semua sepakat! Teriak Fajar.
***
Setelah mereka sepakat menentukan lagu apa yang akan mereka gunakan, lalu mereka mulai melakukan registrasi yang bertempat di Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia. Seusai itu pihak panitia akan memberitahukan pada band kapan dan dimana audisi akan di laksanakan. Lalu tibalah saatnya untuk audisi untuk festival tersebut. HIKARI mendapatkan giliran audisi ketiga. setelah hampir lama menunggu, akhirnya tibalah saatnya bagi mereka untuk memasuki ruang studio audisi.
Dengan peralatan yang lengkap, audisi untuk HIKARI pun berjalan dengan lancar tanpa kendala hingga mereka selesai membawakan lagu “Chizuru”. Audisi pun selesai, dan tinggal menunggu hasilnya apakah mereka lolos dari audisi tersebut. Keesokan harinya pengumuman pun diberitahukan, dan syukurlah nama HIKARI masuk dalam daftar nama-nama band yang lolos pada audisi kali ini. Selanjutnya adalah proses technical meeting, dimana pihak band diberitahukan untuk tampil pada urutan ke berapa.
Dan akhirnya waktu acaranya pun tiba, HIKARI tampil pada urutan keenam. Jadi mereka harus menunggu giliran band besar  lain tampil seperti Gosei, JELLYFISH dan OBAKE. Akhirnya tiba saatnya HIKARI untuk naik ke atas panggung, di awal-awal penampilan Pandu sang vokalis memperkenalkan kelima member dari band tersebut. Pertama-tama mereka membawakan lagu dari band visual kei the GazettE berjudul “Chizuru” , suasana sontak menjadi hening dan agak menyeramkan sesuai dengan tema lagu yang di bawakan. Kelima member HIKARI pun terlihat sangat menikmati penampilan perdana dari mereka ini. Di sisi lain Pandu sebagai vokalis terlihat sangat ekspresif dalam menyanyikan lagu yang di bawakan.
Wira dan Rahman terlihat sangat enerjik dalam memainkan gitar dengan gaya mereka masing-masing. Barez pun terlihat sangat memukau memainkan bassnya, yang menggunakan penyangga bass hingga panjang sampai ke lutut. Dan Fajar pun tak kalah hebatnya saat memainkan drum dengan ketukan khasnya. Memasuki lagu kedua, mereka memainkan lagu dari Alice Nine “Shunkashuutou”. Dalam membawakan lagu ini, mereka pun mengajak penonton untuk bergoyang sambil mengangkat tangan. Di saat penampilan kedua ini Pandu sang vokalis meneriakkan penonton untuk membakar semangat mereka. BERGOYANGLAH! Bergoyang sekeras-kerasnya!.
Di akhir bagian lagu pun para penonton tetap terbakar luapan api semangat. Seusai penampilan, mereka mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung penampilan mereka tadi. Dan semua penonton pun bertepuk tangan kepada semua member, dan mereka  meninggalkan panggung dengan wajah puas dan terharu sambil mengucapkan selamat tinggal kepada para penonton. Sungguh kronologi yang mengesankan dan masih berlanjut.                                                                                                                                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar