Di
sebuah rumah yang letaknya jauh dari perlintasan kereta api, terlihat
dua orang anak muda yang sedang memikirkan suatu hal yang akan mereka lakukan, kedua
pemuda itu bernama Fajar dan Wira. Karena
mereka merasa kehidupan mereka selama ini berjalan datar dan biasa-biasa saja.
Untuk itulah mereka berniat untuk melakukan suatu hal yang tidak biasa, dari
yang pernah mereka lakukan sebelumnya.
“Hey,
Jar?” tanya Wira.
“Kenapa?” jawab Fajar.
“Apa
yang harus kita lakukan? Gue
nggak ada ide nih.”
“Emm..
apa ya? Oh iya, gimana kalo kita berdua bikin sebuah
band?” ujar Fajar
“Wah, boleh juga tuh ide lo! Tapi band yang kaya
gimana ya?”
Wira
pun mulai bingung dengan band apa yang akan di bentuk mereka.
“Ya
ampun gitu aja pusing, pertama
kita tentukan dulu alirannya.”
“Apaan
alirannya?”
“Band
yang alirannya musik Jepang
aja, kita berdua kan suka banget tuh sama band Jepang seperti L’Arc~en~Ciel dan the GazettE.
Kita buat aja band kaya gitu. Gimana kalau
namanya HIKARI yang dalam
bahasa Jepang berarti cahaya.” jawab Fajar.
“Oke
deh!” sahut Wira.
***
Kedua
anak muda itu pun sepakat untuk membentuk sebuah band, dan mulai merintis band
tersebut dari awal. Sampai mulai mencari anggota lainnya yang menurut mereka
orang yang tepat untuk mengisi posisi-posisi dalam band. Di lain pihak, seorang
teman Wira,
Rahman mendengar kabar itu. Dan Ia pun sangat tertarik untuk ikut dan mengisi
posisi yang ada dalam band bentukan mereka itu. Sepengetahuan Wira pun, Rahman
adalah orang yang cukup piawai dalam memainkan sebuah instrumen. Instrumen itu adalah
gitar dan bass. Lalu Wira pun menyarankan Rahman kepada Fajar untuk bergabung
dalam band mereka. Lalu Wira pun mengajak Rahman ke rumah Fajar yang letaknya
lumayan jauh dari sebuah stasiun kereta api.
“Jadi
lo tertarik untuk gabung di band ini?”
Tanya Wira.
“Ia!” jawab
Rahman dengan penuh semangat.
“Oke
kalau gitu, kita ke rumah Fajar untuk bicarakan soal ini.” ajak Wira.
“Oke
sob!” Jawab Rahman.
Setelah
mereka sedikit lagi sampai di dekat rumah Fajar, terlihat Fajar sedang duduk di
teras depan rumahnya. Dari jarak yang tidak jauh pun kedatangan mereka berdua
sudah terlihat oleh Fajar. Dan tampak dengan wajah penasaran, Fajar pun segera
bangun dari tempat duduknya dan mulai menghampiri mereka.
“Oh
kalian, ada apa datang ke rumah gue?”
tanya Fajar kepada Wira.
“Ini
Jar, si Rahman tertarik dengan band yang akan kita buat.” jawab Wira.
“Oh
gitu, jadi lo tertarik bro?” tanya Fajar kepada Rahman.
“Ia
Jar gue berminat menjadi
member dari band lo.”
jawab Rahman.
“Oke,
instrumen apa yang bisa lo mainkan?”
tanya Fajar.
“Gitar,bass juga bisa!” jawab Rahman dengan percaya diri.
“Oh,
gimana kalau lo mengisi posisi gitar?”
usul Fajar.
“Oke, boleh juga!” semangat Wira menjawab usul Fajar.
***
Untuk sekarang band
mereka sudah mempunyai tiga member, Fajar diposisi drum dan leader,
Wira sebagai gitar melodi dan Rahman sebagai gitar rythm. Tapi dua hal yang masih menjadi kandala pada band mereka,
yakni belum terisinya posisi bass dan yang tak kalah pentingnya yaitu posisi
vokalis pada band. Vokalis memang posisi yang menentukan untuk sebuah band
untuk dapat menjadi penentu dari karakter band itu sendiri. Fajar sebagai leader pun mulai melakukan kegiatan
pengrekrutan untuk posisi vokalis dan sekaligus melakukan promosi gencar untuk
mendapatkan karakter seorang vokalis yang Ia harapkan.
Dari
mulai mendatangi hampir semua acara band, hingga penyebaran sejumlah famflet
di sekitar tempat tinggal dan sekitar sekolahnya.
Sampai ketika Ia sedang memutar lagu L’Arc~en~Ciel
band Jepang yang paling digemarinya saat Ia melihat pertandingan Basket antara
kelas X melawan kelas XII dalam suatu kegiatan olahraga gabungan yang dilakukan
dengan maksud untuk mempererat silaturahmi antar kelas. Tiba-tiba ada seorang
kakak kelas yang menyadari dan mengetahui lagu yang sedang diputar oleh Fajar.
“Hah? Itu lagu MY HEART DRAWS A DREAM ?” ujar kakak kelas itu dengan wajah agak kaget.
“Oh,
kakak tahu lagu ini?”
tanya Fajar dengan sangat penasaran.
“Tahulah,
ini lagu band kesukaan gue.”
jawab kakak kelas itu.
‘Emm,
kakak suka lagu Jepang juga ya?”
tanya Fajar sambil
tersenyum.
“Ia,
lo juga ya?” tanya balik kakak kelas itu.
“Pasti
lah.” jawab Fajar.
Tiba-tiba
Fajar teringat dengan bandnya yang masih memiliki kekosongan pada posisi
vokalis, Ia berniat untuk mengajak kakak kelas itu untuk ikut bergabung dalam
band yang sedang dibentuknya. Ia pun memberanikan diri untuk mengajak sang
kakak kelas itu.
“Kakak,
punya band?” tanya Fajar dengan
gugup.
“Nggak
sih, gue suka musik cuma
sekedar penikmat aja dan
belum kepikiran buat bikin band.”
jawab kakak kelas itu.
“Oh,
gimana kalau kakak jadi member band saya
aja?” ajak Fajar.
“Emh..
tawaran yang cukup menarik.”
jawab kakak kelas itu.
“Jadi
kakak mau?”
Tanya Fajar dengan senang.
“Ia,
tapi kita membawakan musik Jepang kan?”
tanya ia.
‘Tentu
kak, kan kita punya hobi yang sama.”
jawab Fajar.
“Ngomong-ngomong
dari tadi kita udah panjang lebar nih ngobrol, tapi belom tahu nama masing-masing.
Kenalin nama gue, Pandu.” ujar dia
sambil mangulurkan tangan.
“Benar
juga, hehe! nama
gue Fajar.”
“Oh
iya, kakak bisa main instrumen apa?”
Tanya Fajar.
“Emm,
gitar! Tapi gue nggak jago banget sih!” jawab Pandu.
“Gimana
kalo lo jadi vokalis aja?“ tanya Fajar.
“Wah,
boleh juga tuh!” sahut
Pandu.
Mereka
berdua pun sepakat. Dan sesekali melakukan jam
session untuk mengetahui kemampuan masing-masing dan sekaligus bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan mereka. Pada sesi
jam session,
Pandu berkenalan dengan dua member lainnya yaitu Wira dan Rahman. Keempatnya
pun sangat cepat akrab dan saling mengagumi kemampuan masing-masing. Selepas
latihan, mereka berempat berencana untuk ikut serta dalam acara Gelar Jepang UI
yang di adakan setiap tahunnya di Pusat Studi Jepang. Acara Jepang yang satu ini
memang cukup bergengsi di kalangan pecinta dan komunitas Jepang di Jakarta dan
sekitarnya. Disaat mereka sedang asyik melakukan kegiatan breaving Fajar teringat akan suatu hal.
“Oh
iya!” ujar Fajar sambil kaget.
“Kenapa
Jar?” tanya mereka bertiga.
“Band
kita belum ada seseorang yang mengisi posisi bass!” ujar Fajar.
“Bener
juga ya!” Wira setuju dengan apa yang di katakan Fajar.
“Terus
gimana nih?”
Tanya Pandu dan Rahman dengan
berbarengan.
“Gimana
kalau nanti gue coba ajak tetangga gue yang lumayan jago main bass. Usul Wira!”
“Boleh
juga tuh Wir!”
sahut Fajar.
***
Setelah
latihan selesai, mereka berempat pun pulang ke rumah masing-masing. Tapi lain
halnya dengan Wira. Setelah latihan usai, Ia pun bergegas untuk menemui
temannya itu yang bertempat tinggal tak jauh dari tempat mereka biasa malakukan
latihan. Sesampainya Ia disana, ternyata temannya itu sedang berada di ruang
depan rumahnya tersebut. Lalu dengan segera Wira pun menghampiri temannya itu.
“Hey
Barez!” Wira memanggil.
“Oh,
lo Wir! Ada apa nih, tumben lo kesini?”
tanya Barez.
“Ini
gue kesini ada hal yang mau di omongin sama lo.”
perjelas Wira.
“Emang
ada apaan sih? Kayaknya serius banget?”
tanya Barez dengan rasa
penasaran.
“Gue
mau ngajak lo main di band gue.”
Ujar Wira.
“Oh, main band?” sahut Barez.
“Tapi
di band ini lo langsung jadi member tetap lho!”
ujar Wira.
“Oh
begitu!” ujar Barez.
“Gimana
lo mau gak?”
tanya Wira dengan pasti.
“Oke
deh!” sahut Barez.
“Bagus
deh, tapi lo masih bisa main bass kan?”
Tanya Wira.
“Bisa
kok, tenang aja!” jawab barez dengan percaya diri.
***
Keesokan
harinya mereka bertiga, yakni Pandu, Wira dan Rahman di perkenalkan dengan
Barez oleh Wira. Setelah melakukan latihan bersama, Fajar sebagai leader,
melihat sebuah potensi yang ada dalam diri Barez dan juga semua member bandnya.
Ia sangat yakin bahwa bandnya tersebut dapat berkembang layaknya sebuah band
yang sudah sangat profesional. Di tengah-tengah latihan, Fajar sebagai leader
mulai menentukan kembali rencana yang semula sudah mereka targetkan yaitu untuk
ikut serta dalam acara Gelar Jepang UI yang akan di adakan pada bulan juli
tahun ini. Dengan bermodalkan kemampuan masing-masing mereka mulai mencari dan
menentukan lagu mana yang akan di pakai untuk proses audisi yang akan di
laksanakan oleh pihak panitia.
“Jadi
lagu apa yang akan kita gunakan?”
tanya Pandu.
“Gimana
kalau kita pakai lagu dari Alice Nine
Ruri no Ame ?” usul Rahman.
“Jangan,
lagu itu terlalu banyak menggunakan efek.”
jawab Fajar.
“Terus
lagu apa dong?”
tanya Wira.
“Gimana
kalau kita pakai lagu dari the GazettE
Chizuru.” Usul Barez.
“Sepertinya
lagu itu bagus.”
ujar Pandu.
“Oke,
berarti kita semua sepakat!”
Teriak Fajar.
***
Setelah
mereka sepakat menentukan lagu apa yang akan mereka gunakan, lalu mereka mulai
melakukan registrasi yang bertempat di Pusat Studi Jepang Universitas
Indonesia. Seusai itu pihak panitia akan memberitahukan pada band kapan dan
dimana audisi akan di laksanakan. Lalu tibalah saatnya untuk audisi untuk
festival tersebut. HIKARI mendapatkan
giliran audisi ketiga. setelah hampir lama menunggu, akhirnya tibalah saatnya
bagi mereka untuk memasuki ruang studio audisi.
Dengan
peralatan yang lengkap, audisi untuk HIKARI
pun berjalan dengan lancar tanpa kendala hingga mereka selesai membawakan lagu “Chizuru”. Audisi pun selesai, dan
tinggal menunggu hasilnya apakah mereka lolos dari audisi tersebut. Keesokan
harinya pengumuman pun diberitahukan, dan syukurlah nama HIKARI masuk dalam daftar nama-nama band yang lolos pada audisi
kali ini. Selanjutnya adalah proses technical meeting, dimana pihak band
diberitahukan untuk tampil pada urutan ke berapa.
Dan
akhirnya waktu acaranya pun tiba, HIKARI
tampil pada urutan keenam. Jadi mereka harus menunggu giliran band besar lain tampil seperti Gosei, JELLYFISH dan OBAKE.
Akhirnya tiba saatnya HIKARI untuk
naik ke atas panggung, di awal-awal penampilan Pandu sang vokalis
memperkenalkan kelima member dari band tersebut. Pertama-tama mereka membawakan
lagu dari band visual kei the GazettE berjudul “Chizuru” , suasana sontak menjadi
hening dan agak menyeramkan sesuai dengan tema lagu yang di bawakan. Kelima
member HIKARI pun terlihat sangat
menikmati penampilan perdana dari mereka ini. Di sisi lain Pandu sebagai vokalis
terlihat sangat ekspresif dalam menyanyikan lagu yang di bawakan.
Wira
dan Rahman terlihat sangat enerjik dalam memainkan gitar dengan gaya mereka
masing-masing. Barez pun terlihat sangat memukau memainkan bassnya, yang
menggunakan penyangga bass hingga panjang sampai ke lutut. Dan Fajar pun tak
kalah hebatnya saat memainkan drum dengan ketukan khasnya. Memasuki lagu kedua,
mereka memainkan lagu dari Alice Nine
“Shunkashuutou”. Dalam membawakan
lagu ini, mereka pun mengajak penonton untuk bergoyang sambil mengangkat
tangan. Di saat penampilan kedua ini Pandu sang vokalis meneriakkan penonton
untuk membakar semangat mereka. “BERGOYANGLAH!
Bergoyang sekeras-kerasnya!”.
Di akhir bagian lagu pun para penonton tetap terbakar
luapan api semangat. Seusai penampilan, mereka mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah mendukung penampilan mereka tadi. Dan semua penonton pun
bertepuk tangan kepada semua member, dan mereka meninggalkan panggung dengan wajah puas dan
terharu sambil mengucapkan selamat tinggal kepada para penonton. Sungguh
kronologi yang mengesankan dan masih berlanjut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar