the GazettE

the GazettE
INSIDE BEAST

Kamis, 18 November 2010

Ukiyo-e

       Ukiyo-e adalah nama lukisan klasik di jepang yang muncul pada periode Edo. Mungkin lukisan hanyalah sebuah karya seni yang biasa dan sudah umum ditemukan di negara manapun, tapi ukiyo-e berbeda dengan lukisan biasa karena dibuat di atas balok kayu sehingga manampakkan wujud 3 dimensi. Ukiyo-e sendiri berasal dari huruf uki [= mengambang], yo [=dunia], dan e [=gambar]. Nama tersebut dimbil karena lukisan ukiyo-e berkembang sangat pesat di kota-kota besar seperti edo [Tokyo sekarang], Osaka, dan Kyoto; hingga meluas ke daratan Eropa, terutama di Belanda dan Perancis.

     Ukiyo-e mulai diproduksi pada periode Edo, tapi awalnya bukan berupa lukisan seni biasa melainkan lukisan yang dipakai  untuk mengiklankan Noh dan Kabuki, dan umumnya lukisan tersebut menampilkan wajah sang aktor. Pada periode Edo, ukiyo-e berkembang di kalangan para pedagang dan pekerja  kasar yang suka menggambar dan mangumpulkan dalam ehon [buku gambar berisi cerita dan gambar] maupun novel, seperti Ise Monogatari [Tales of Ise] karya Honami Koetsu yang dibuat pada tahun 1608.

    Dalam novel biasanya ukiyo-e hanya berupa gambar ilustrasi, namun gambar tersebut kadang dibuat terpisah perlembar dalam bentuk kakemono-e [kartu pos] atau poster yang digunakan sebagai iklan teater Noh dan Kabuki. Ilustrasi gambar ukiyo-e amumnya terinspirasi dari hikayat maupun karya seni di negri China, yang banyak mengambil tema tentang kehidupan sehari-hari, dunia hiburan, kebudayaan, dan pemandangan alam. Beberapa pelukis yang terkanal dan pernah mendirikan sekolah ukiyo-e saat itu antara lain Kitagawa utamaro, katsushika Hokusia, Ando Hiroshige, dan Toshusai Sharaku.

    Ukiyo-e pertama muncul dalam bentuk lukisan hitam putih yang dibuatmenggunakan tinta India, namun lama kelamaan lukisan ini dibuat berwarna  dengan manambahkan beberapa warna pada permukaan gambar hitam putih yang sudah jadi maenggunakan kuas. Teknik pewarnaan pada ukiyo-e ini diperkenalkan oleh seorang pelukis terkenal Hishikawa Monorobu, yang banyak menghasilkan karya sunga [lukisan erotik yang mengumbar seks secara eksplisit]. Pada abad ke-18, teknik pewarnaan pada keseluruhan ukiyo-e yang dikenal dengan lukisan nishiki-e mulai diproduksi besar-besaran dalam bentuk poster.

    Memasuki periode meiji, Jepang mulai mempelajari teknik fotografi dan pewarnaan dari negara barat, sehingga pewarna alami yang biasa digunakan untuk mewarnai ukiyo-e mulai diganti dengan pewarna kimia yang diimpor dari negara jerman. Gambar ukiyo-e pun mulai terpengaruh gaya kubisme dan pelukis impresionis dari Eropa, seperti Van Gogh, Monet, Degas, dan Klimt. 

    Pada abad ke-20 selama periode Taisho dan Showa, Ukiyo-e mengalami kebangkitan dan berubah menjadi lukisan Shin Hanga [New Prints] dan Sousaku Hanga [Creative Prints] .
Shin Hanga diperkenalkan pertama kali oleh seorang penerbit bernama Watanabe Shozaburo. Lukisan ini mencampurkan unsur tradisional ukiyo-e dengan beberapa element dari barat seperti teknik pencahayaan dan perspektif. Shin Hanga yang bergaya renaissance ini banyak diekspor ke negara Amerika, sedangkan lukisan sousaku hanga merupakan konsep lukisan baru yang benar-benar berbeda dari proses pembuatan ukiyo-e tradisional. Proses desain, pahatan, dan cetakan pada sousaku hangadilakukan secara terpisah, sehigga hana seniman yang benar-benar ahli yang bisa membuat sousaku hanga. Sayangnya, teknik dan gaya lukisan sousaku hanga ini sangat mirip dengan teknik lukisan Barat, sehingga likisam ini tidak begitu diminati para kolektor dari negara Barat. Hingga saat ini ukiyo-e masih tatap diproduksi, bahkan telah mempengaruhi dan menginspirasi berbagai anime dan manga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar