PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Saat ini kita
seringkali mendengar kata inflasi. Akan tetapi apa benar kita sudah mengetahui
apa inflasi itu. Kebanyakan dari kita tidak mengetahuinya. Padahal sangat
penting bagi kita untuk mengetahui inflasi. Hal ini disebabkan inflasi tidak
bisa dilepaskan dari masalah perekonomian.
Dengan mengetahui
secara benar tentang masalah inflasi, tentu saja kita berharap dapat mengatasi
atau bahkan mencegahnya. Kita tidak bisa memungkiri akan besarnya kemungkinan
dinegara mana akan menghadapi masalah inflasi. Sebagai seorang mahasiswa sudah
sepatutnya kita membantu permasalahan ekonomi yang ada di negara kita khususnya
masalah inflasi. Oleh karena itu saya sengaja membuat makalah ini karena
masalah inflasi saat ini bukanlah masalah yang remeh terutama di masa-masa
krisis global seperti yang kita alami sekarang. Saya berharap makalah ini bisa
membantu walaupun sedikit.
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian inflasi
itu?
2. Apa saja sumber
inflasi?
3. Apa dampak dari
inflasi?
4. Negara yang sedang
mengalami inflasi
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum
dan terus-menerus (continue) dalam jangka waktu yang lama. Inflasi adalah
proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi tingkat harga. Artinya, tingkat harga
yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi
jika proses kanaikan harga belangsung secara terus-menerus dan saling
mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan
persediaan uang yang kadang kala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
Dalam membicarakan mengenai masalah inflasi, perlu kita membedakan
diantara inflasi merayap (creeping inflation), inflasi sederhana (moderate
inflation) dan inflasi hiper (hyper inflation). Tidak terdapat suatu ukuran
tertentu yang dapat digunakan untuk membedakan ketiga jenis inflasi tersebut,
tetapi secara kasar dapatlah dikatakan bahwa inflasi merayap adalah inflasi
yang tingkatnya tidak melebihi 2-3 persen setahun, inflasi sederhana adalah
inflasi yang berada disekitar 5-8 persen dan inflasi hiper adalah inflasi yang
tingkatnya sangat tinggi yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua kali lipat
atau lebih dalam tempo satu tahun.
B.
Teori
Inflasi
1)
Teori Kuantitas
Teori ini menyoroti hal-hal yang berperan dalam proses inflasi,
yaitu jumlah uang yang beredar dan anggapan masyarakat mengenai kenaikan
harga-harga. Inti dari teori kuantitas adalah sebagai berikut. Inflasi yang
bisa terjadi apabila ada penambahan volume uang yang beredar. Tanpa ada
kenaikan jumlah uang yang beredar, gagal panen misalnya hanya akan menaikan
harga-harga untuk sementara waktu saja. Penambahan jumlah uang ibarat” bahan
bakar” bagi api inflasi. Apabila jumlah uang bertambah, inflasi akan berhenti
dengan sendirinya.
Laju inflasi disebabkan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar
dan anggapan masyarakat mengenai harga-harga. Teori kuantitas ini di kemukankan
oleh Irving Fisher. Adapun rumusnya sebagai berikut :
Keterangan :
M = Jumlah uang yang beredar
V =
Kecepatan perputaran uang
P =
Tingkat harga
T =
Banyaknya transaksi
Di setiap transaksi, jumlah yang dibayarkan
oleh pembeli sama dengan jumlah uang yang diterima penjual. Hal ini berlaku
untuk seluruh perekonomian.
Dalam periode tertentu nilai barang dan jasa yang dibeli harus sama dengan nilai barang dan jasa yang dijual. Nilai barang yang dijual sama dengan volume transaksi (T) di kalikan harga rata-rata barang tersebut (P).
Dalam periode tertentu nilai barang dan jasa yang dibeli harus sama dengan nilai barang dan jasa yang dijual. Nilai barang yang dijual sama dengan volume transaksi (T) di kalikan harga rata-rata barang tersebut (P).
2) Teori Strukturalis
Teori ini didasarkan
atas pengalaman di Negara-negara amerika latin. Teori ini memberikan perhatian
yang besar terhadap struktur perekonomian Negara-negara sedang berkembang. Hal
ini disebabkan inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor struktural dari
perekonomian. Menurut teori ini, ada dua hal penting dalam perekonomian
Negara-negara sedang berkembang yang dapat menimbulkan inflasi, yaitu sebagai
berikut:
a)
Ketidakjelasan
penerimaan ekspor
Nilai ekspor tumbuh
secara lamban di bandingkan dengan pertumbuhan sektor-sektor lain. Adapun
penyebab kelambanan tersebut adalah :
·
Di pasar dunia harga barang-barang ekspor tersebut
semakin memburuk.
·
Produksi barang-barang ekspor tidak responsive
terhadap kenaikan harga.
b)
Ketidakelastisan
penawaran atau produksi bahan makanan di dalam negeri.
Produksi bahan makanan
di dalam negeri tidak tumbuh secepat pertumbuhan penduduk dan pendapatan per
kapita. Hal ini menyebabkan harga bahan makanan di dalam negeri cenderung untuk
naik, sehingga melebihi tuntutan karyawan untuk mendapatkan kenaikan harga
barang-barang lain. Dampak yang ditimbulkan yaitu munculnya tuntutan karyawan
untuk mendapatkan kenaikan upah atau gaji. Naiknya upah karyawan menyebabkan
kenaikan ongkos produksi. Hal ini berarti akan menaikan harga barang-barang.
Kenaikan harga barang-barang tersebut mengakibatkan munculnya kenaikan upah
lagi. Adanya kenaikan upah akan diikuti oleh kenaikan harga barang-barang
begitu seterusnya. Proses ini akan berhenti apabila harga bahan makanan tidak
terus naik. Namun karena faktor strukturalis harga bahan makanan akan terus
naik sehingga proses saling dorong mendorong antara upah dan harga tersebut
selalu mendapat “umpan” baru dan tidak akan berhenti.
C. Sumber Inflasi
Terdapat banyak faktor
yang dapat menimbulkan inflasi. Kenaikan harga bahan mentah yang di impor,
kenaikan harga bahan bakar, defisit dalam anggaran belanja pemerintah, pinjaman
sistem bank yang berlebihan, dan kegiatan infestasi yang sangat pesat
perkembanggannya merupakan beberapa contoh dari keadaan-keadaan dalam
perekonomian yang dapat menimbulkan inflasi.
D. Dampak Inflasi
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita
ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli
uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan
pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha tidak dirugikan
dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di
perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Bagi orang yang meminjam uang dari Bank (debitur), inflasi
menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah
dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang
meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah
jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang
diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi,
produsen akan temenyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya
merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen
bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup
mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya
terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di
suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang
bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan
ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan
kesejahteraan masyarakat.
1.
Cara Mencegah Inflasi
Dengan mengunakan
Irving Fisher MV = PT dapat di jelaskan bahwa inflasi timbul karena MV naik
lebih cepat dari pada T. Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya inflasi maka
salah satu variabel (M atau V) harus dikendalikan. Cara mengatur vareabel M, V
dan T tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kebijaksanaan moneter, fiskal
atau kebijaksanaan yang menyangkut kenaikan produksi.
a)
Kebijaksanaan Moneter
Sasaran kebijaksanaan
moneter di capai melalui jumlah uang yang beredar (M). Salah satu komponen
jumlah uang adalah uang giral (demand deposito). Uang giral dapat terjadi
melalui dua cara, pertama apabila seseorang memasukkan uang kas ke Bank dalam
bentuk giro, instrumen lain yang dapat dipakai untuk mencegah inflasi adalah
politik pasar terbuka (jual/beli surat berharga). Dengan cara menjual surat
berharga bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga
laju inflasi dapat lebih rendah.
b)
Kebijaksanaan Fiskal
Kebijakan fiskal
menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang
secara langsung mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan
mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total.
Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan
pajak akan dapat mengurangi permintaan total sehingga inflasi dapat ditekan.
c)
Kebijaksanaan yang
Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat
memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya
dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung
meningkat. Bertambahnya jumlah barang didalam negeri cenderung menurunkan
harga.
d)
Kebijaksanaan Penentuan
Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan
penentuan ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks harga tertentu untuk
gaji atau upah (dengan demikian gaji/upah secara riil). Kalau indeks harga naik
maka upah atau gaji juga dinaikkan.
2.
Negara
yang Mengalami Inflasi
Negara
yang mengalami inflasi pada makalah yang dibahas ini adalah Jepang. Negeri
sakura ini terkenal akan industrinya yang sangat maju di berbagai bidang,
tetapi pada satu dekade terakhir ini
Jepang mengalami inflasi dengan meningkatnya harga konsumen menimbulkan
kekhawatiran karena Harga yang meningkat akibat tekanan dari biaya bahan
makanan pokok yang mahal, bukan peningkatan permintaan. Jadi, hal ini bukanlah
satu hal yang baik. Sementara itu, mata uang yen stabil, sekitar 104,35
terhadap dolar. BoJ sempat menurunkan perkiraannya terhadap pertumbuhan ekonomi
Jepang pada bulan ini. BoJ menyatakan pertumbuhan Jepang menurun. Hal ini karena
perluasan ekonomi berkurang.
Hal
ini menimbulkan kekhawatiran khususnya bagi para pengusaha restoran, warung
penjual makanan, serta ibu rumah tangga. Karena harga yang tinggi merupakan
indikasi meningkatnya beban impor. Sangat sulit bagi pihak BoJ untuk mengubah
kebijakan moneter hanya karena inflasi terhadap pangan.
Indeks
harga konsumen di luar harga makanan segar meningkat 1,25 dibandingkan tahun
lalu. Melambungnya harga minyak, bahan baku, dan pangan memberikan dampak
negative terhadap perusahaan perusahaan dan rumah tangga, sementara pertumbuhan
upah dan belanja konsumen menurun.
Setelah
selama satu dekade Jepang mengalami deflasi, harga konsumen akhirnya mengalami
kenaikan akibat ekonomi global yang sedang kacau. Keadaan ini menyebabkan
Jepang mengalami inflasi tertinggi selama 10 tahun terakhir. Namun harga
konsumen yang tinggi bukan lantaran permintaan yang meningkat seperti harapan BoJ.
Kenaikan harga terjadi pada roti, susu, dan mie yang memberatkan masyarakat kebanyakan.
Tingkat
inflasi Jepang mencapai level tertinggi selama 10 tahun terakhir. Data resmi
menunjukkan tingkat inflasi berada di level 1,2 persen pada bulan Maret. Meski
tingkat inflasi meningkat, Bank Sentral Jepang (BoJ) tidak berencana
meningkatkan tingkat suku bunga yang kini sangat rendah. Hal ini menyulitkan
Pemerintah Jepang, apalagi di tengah meningkatnya harga pangan. Kementerian
urusan internal dan komunikasi mengatakan, inflasi Jepang naik 0,2 persen
dibandingkan pada Februari di mana inflasi hanya mencapai 1,0 persen. Inflasi
yang naik tidak termasuk volatilitas harga makanan segar.
Gubernur
BoJ saat ini Masaaki Shirakawa mengatakan, Jepang akan kembali ke cara lama
dalam melakukan perluasan ekonomi. Dia masih melihat Jepang memiliki potensi
untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 1,5 persen. Di lain pihak, para
pelaku ekonomi Jepang memperkirakan BoJ tetap mempertahankan suku bunga dilevel
0,5 persen beberapa bulan ke depan.
Hal
ini mempunyai dampak yang buruk bagi masyarakat Jepang, karna bagi masyarakat
yang berpenghasilan tetap, gaji mereka setiap bulannya tidak dapat mencukupi
kebutuhan sehari-hari juga pengeluaran mereka akan mengalami peningkatan setiap
bulannya. Dan juga bagi para pedagang yang menggunakan bahan makanan sebagai
bahan utama dalam kegiatan berdagang mereka terpaksa menaikkan harga dagangan
mereka sehingga akan ada kemungkinan konsumen atau pelanggan yang biasa membeli
dagangan mereka akan cenderung lebih memilih untuk lebih menghemat biaya dan mengurungkan
niatnya untuk pergi bebrbelanja di luar.
Kesimpulan
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum
dan terus-menerus (continue). Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan
tinggi tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu
menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kanaikan harga
belangsung secara terus-menerus dan saling mempengaruhi. Istilah inflasi juga
digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadang kala
dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
Menurut teori struktural, ada dua hal penting dalam perekonomian
Negara-negara sedang berkembang yang dapat menimbulkan inflasi, yaitu Ketidakjelasan
penerimaan ekspor dan Ketidakelastisan penawaran atau produksi bahan
makanan di dalam negeri.
Adapun hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
inflasi adalah dengan mengaplikasikan beberapa kebijakan seperti :
1.
Kebijaksanaan Moneter
2.
Kebijaksanaan Fiskal
3.
Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output
4.
Kebijaksanaan Penentuan Harga
Untuk Negara yang mengalami inflasi kenaikkan bahan baku seperti
Jepang, hendaknya masyarakat dapat
mensiasati hal tersebut dengan tidak terlalu bergantung pada bahan pokok utama
saja, tetapi juga harus mengkonsumsi bahan pokok yang dapat menjadi alternative
dari bahan pokok utama. Juga masyarakat Jepang juga harus bias mengatasinya
dengan cara bercocok tanam untuk bahan makanan yang sering dan setiap hari
mereka konsumsi, jadi jika bahan yang setiap hari mereka konsumsi tidak ada di
pasaran, mereka dapat mensiasatinya dengan mengambil hasil dari bercocok tanam
yang mereka lakukan sehingga hal tersebut dapat maminimalkan biaya yang mereka
keluarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Vol. 1, No. 1, Mei 1999, (Online), (diakses dari (http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/Data+Inflasi/,
pada 11 November 2010). Boediono. 1982.
www.wikipedia.com